Main Article Content

Isnainia Solicha

Abstract

ABSTRAK : Anak tunarungu adalah anak yang kehilangan kemampuan dalam pendengaran. Kehilangan kemampuan ini apabila terjadi sejak dini akan secara tidak langsung juga mempengaruhi kemampuan berbicaranya. Sedangkan interaksi sosial sangatlah memerlukan komunikasi di dalamnya. Apabila anak tunarungu kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi pasti akan kehilangan juga kesempatan untuk berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya. Salah satu sekolah umum di daerah penulis yaitu, TK Syafina menerima anak berkebutuhan khusus, yaitu anak tunarungu. Tidak adanya guru pebimbing khusus yang disediakan oleh sekolah sangat menghambat anak tunarungu dalam kegiatan belajar. Dalam penelitian ini menggunakan fenomenologi hermeneutik. Fokus penulis yaitu, perilaku anak tunarungu di kelas, interaksi sosial anak tunarungu dengan teman sebayanya, guru kelas, dan guru pendamping kelas. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis dapat ditarik kesimpulan bentuk perilaku anak tunarungu di kelas menyendiri, pendiam, mudah marah, dan mandiri. Interaksi sosial dengan guru kelas dan guru pendamping kelas terjadi interaksi yang cukup baik, namun terkadang guru kelas dan guru pendamping kelas kurang memahami maksud perkataan anak. Interaksi sosial anak tunarungu dengan anak normal lainnya terjadi cukup baik dengan ditunjukkan mereka saling berbagi, namun terkadang anak tunarungu lebih memilih menyendiri daripada bermain bersama dengan anak normal.


ABSTRACT :Deaf children are children who have lost their ability to hear. Loss of this ability if it occurs early will also indirectly affect the ability to speak. Whereas social interaction really requires communication in it. If the deaf child loses the ability to communicate, he will also lose the opportunity to interact with the surrounding environment. One of the public schools in the writer's area is, Syafina Kindergarten accepts children with special needs, namely deaf children. The absence of special mentor teachers provided by schools severely inhibits deaf children from learning activities. In this study using qualitative descriptive. The author's focus is on the behavior of deaf children in class, social interaction of deaf children with their peers, class teachers, and class teacher. Based on the results of research conducted by the author, it can be concluded the form of deaf child behavior in the class of solitude, quiet, irritable, and independent. Social interaction withthe class teacher and the class teacher occur quite well, but sometimes the class teacher and class teacher do not understand the meaning of the child's words. The social interaction of deaf children with other normal children occurs quite well by showingthem sharing, but sometimes deaf children prefer to be alone rather than playing together with normal children.

Downloads

Download data is not yet available.

Article Details

How to Cite
Solicha, I. . (2019). Interaksi Sosial Anak Tunarungu dalam Sekolah Umum di TK Syafina Sidotopo Wetan Surabaya. Child Education Journal, 1(2), 78–87. https://doi.org/10.33086/cej.v1i2.1340
Section
Articles
Interaksi Sosial, Anak, Tunarungu, Tunawicara

References

Abu, A. (2002). Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Alimin, Z. (2016). Anak Berkebutuhan Khusus. Modul 1. 1-12.

Edja, S. & Dardjo, S. (1995). Bina Bicara, Persepsi Bunyi dan Irama. Bandung: Depdikbud.

Edja, S. (2005). Pendidikan Bahasa Bagi Anak Gangguan Pendengaran dalam Keluarga. Jakarta: Depdiknas.

Fitriyah, Fifi Khoirul. (2019). Pengaruh Permainan Tradisional Gobak Sodor dalam Bimbingan Kelompok terhadap Peningkatan Interaksi Sosial Anak Autis. Education and Human Development Journal, 5(1), 13-20. https://doi.org/10.33086/ehdj.v5i1.1293

Ilahi, M. T. (2013). Pendidikan Inklusif: Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Khotimah, Luluk. (2019). Interaksi Sosial Anak Tunarungu di Sekolah Study Kasus di TK Alvenver Surabaya.Skripsi. UIN Sunan Ampel Surabaya.

Lelyana, Margaretha L. S. (2017). Interaksi Sosial Anak Tunarungu dan Anak Tunarungu dengan “Anak Dengar”.Skripsi. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Moeleong, J Lexy. (2007).Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mufti, S. & Soemargo, S. (1984). Pendidikan Anak Tunarungu. Jakarta: Depdikbud.

Sardjono. (2005). Terapi Wicara. Jakarta: Depdiknas.

Sugiyono. (2009). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta.

Sutjihati, S. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.

Syaputra, Mura S. (2014). Persepsi Warga Sekolah Terhadap Interaksi Sosial Siswa Tunarungu di SDN Gerantung Praya Tengah.Jurnal Pendidikan Khusus.

Isnainia Solicha, Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta