Hubungan Kejadian Ko-Infeksi Soil-Transmitted Helminths pada Pasien Tuberkulosis dengan Jumlah Eosinofil di Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember
Main Article Content
Abstract
Abstrak: Tuberkulosis (TB) menjadi masalah kesehatan utama baik lingkup global maupun nasional. Tuberkulosis menyebabkan status gizi kurang baik. Status gizi yang kurang baik dapat disebabkan oleh infeksi kronis, salah satunya infeksi cacing usus terutama Soil-Transmitted Helminths (STH). Ko-infeksi STH pada pasien TB selain mempengaruhi status gizi, juga akan mempengaruhi respon imun pasien. Respon imun pada pasien ko-infeksi STH akan menghambat respon imun Th 1 dalam melawan TB serta akan didapatkan peningkatan eosinofil (eosinofilia). Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah eosinofil pada pasien tuberkulosis terhadap ko-infeksi STH di Kecamatan Kalisat, Kabupaten Jember. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain analitik cross sectional. Populasi yang digunakan adalah pasien TB di Kecamatan Kalisat dalam periode waktu September – Desember 2019. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa hasil pemeriksaan darah dengan metode hitung jenis dan hasil pemeriksaan feses menggunakan metode sedimentasi dan floatasi. Analisis data dilakukan menggunakan uji Fisher. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian koinfeksi STH pada pasien TB di Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember sebesar 3,6% dan disebabkan oleh Hookworm. Hasil uji Fisher menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara jumlah eosinofil dengan kejadian koinfeksi STH pada pasien TB di Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember dengan nilai p-value 1,000.
Kata kunci: Tuberkulosis, Soil-Transmitted Helminths, Eosinofilia
Downloads
Article Details
Copyright (c) 2020 Widhiasari Normaningtyas, Muhammad Ali Shodikin, Angga Mardro Raharjo, Dini Agustina, Diana Chusna Mufida, Yunita Armiyanti
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
References
Abate, E., M. Belayneh, J. Idh, E. Diro, D. Elias, S. Britton, A. Aseffa, O. Stendahl, dan T. Schön. 2015. Asymptomatic helminth infection in active tuberculosis is associated with increased regulatory and th-2 responses and a lower sputum smear positivity. PLoS Neglected Tropical Diseases. 9(8):1–11.
Achmadi, Umar Fahmi. 2005. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.
Adigun, R. ; dan R. Singh. 2019. Tuberculosis. StatPearls Publishing
Aditama TjY. Tuberkulosis. Jurnal TB [serial online] 2006: 3(2). [Diakses Juni 2014]. Available from: http://www.tbindonesia.or.id/pdf.
Anugrah, Sari. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang TB Paru, Status Gizi, Rawat Kontak Keluarga, dan Riwayat Merokok Pasien Yang Berobat Ke UP4 Dengan Kejadiannya Di UP4 Kota Pontianak. Pontianak: Naskah Publikasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura.2012.
Arusadi, A.A. Analisis Beberapa Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian TB Paru BTA (+) di Kabupaten Wonosobo. Kendari: Skripsi Program Pacasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Haluoleo. 2011.
Baratawidjaja, K. G., Rengganis, I. 2018. Imunologi Dasar. Edisi Keduabelas. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
BPS. 2020. Badan Pusat Statistik. https://bps.go.id/sp2020/[diakses pada 9 Januari 2020]
BPS. 2018. Badan Pusat Statistik. https://jemberkab.bps.go.id/ [diakses pada 9 Januari 2020]
Chuang dan D.M. Pennock. 2015. Cigaret smoke is a risk factor severity and treatment outcome in patients with culture-positive tuberculosis. Therapeutics and Clinical Risk Management II:1539-1544
Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Pengendalian Tuberkulosis. Kementerian Kesehatan RI.
Dinkes Jatim. 2018. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2017. Surabaya: Dinkes Jatim.
Elliott, A. M., J. Kyosiimire, M. A. Quigley, J. Nakiyingi, C. Watera, M. Brown, S. Joseph, N. French, C. F. Gilks, dan J. A. G. Whitworth. 2003. Eosinophilia and progression to active tuberculosis in hiv-1-infected ugandans. Transactions of The Royal Society of Tropical Medicine and Hygiene. 97:477–480.
Ernawati, K., N. R. Ramdhagama, L. A. P. Ayu, M. Wilianto, V. T. H. Dwianti, dan S. A. Alawiyah. 2018. Perbedaan status gizi penderita tuberkulosis paru antara sebelum pengobatan dan saat pengobatan fase lanjutan di johar baru, jakarta pusat. Majalah Kedokteran Bandung. 50(2):74–78.
Febriansyah. 2017. Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Upaya Pencegahan Penularan Tuberkulosis Paru Pada Keluarga Di Wilayah Kerja Puskesmas Nguter Sukoharjo. Skripsi. Surakarta: Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Guwatudde D, Nakakeeto M, Jones-Lopez EC, Maganda A, Chiunda A, Mugerwa RD, Ellner JJ, Bukenya G and Whalen CC. Tuberculosis in Household Contacts of Infectious Cases in Kampala, Uganda. Am. J. Epidemiol [serial online] 2003 [Diakses Juni 2014]; 158 (9): 887- 898. Available from: http://aje.oxfordjournals.org/ content/158/9/887.full.
Kaminsky, R. G., R. V. Castillo, dan C. A. Flores. 2015. Growth retardation and severe anemia in children with trichuris dysenteric syndrome. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine. 5(7):591–597.
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Tuberkulosis. (Pusat Data Dan Informasi Kesehatan RI). 2(1):3–4.
Kovalszki, A. dan P. F. Weller. 2016. Eosinophils and Eosinophilia. Dalam Clinical Immunology: Principles and Practice. Amsterdam: Elsevier Ltd.
Manalu HSP. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian tuberkulosis paru dan upaya penanggulangannya. Jurnal Ekologi Kesehatan;2010;ha1 340-346
Mkhize-Kwitshana, Z. L., M. H. L. Mabaso, dan R. Tadokera. 2017. Helminthiasis : a systematic systematic review review of of the the immune immune helminthiasis : interactions present in individuals coinfected with hiv interactions present in individuals coinfected with hiv and / or tuberculosis and / or tuberculosis. Human Helminthiasis. 65–107.
Nofizar D, Nawas A, Burhan E. Identifikasi faktor risiko tuberkulosis multidrug resistant (TB-MDR). Majalah Kedokteran Indonesia. 2010 ; 60 (12) : 537-545.
Ramirez, G. A., M.-R. Yacoub, M. Ripa, D. Mannina, A. Cariddi, N. Saporiti, F. Ciceri, A. Castagna, G. Colombo, dan L. Dagna. 2018. Eosinophils from physiology to disease: a comprehensive review. BioMed Research International. 2018:1–28.
Resende Co, T., C. S. Hirsch, Z. Toossi, R. Dietze, dan R. Ribeiro-Rodrigues. 2007. Intestinal helminth co-infection has a negative impact on both anti-M. tuberculosis immunity and clinical response to tuberculosis therapy. Clinical and Experimental Immunology. 147(1):45–52.
Rekha, Santha T, Jawahar MS. Toksisitas ginjal yang diinduksi rifampisin selama perawatan pasien tuberkulosis paru. J Assoc Physicians India 2005; 53 : 811-3.
Sofiana, L., E. Gustina, Y. Wardani, S. M. Ayu, A. Diya, dan N. Maula. 2019. THE correlation between worm infections and nutritional status among elementary. 1:1–8.
Suryo, Joko. 2010. Penyembuh Gangguan Sistem Pernafasan. Yogyakarta: B First (PT Bentang Pustaka)
Valent, P., G. J. Gleich, A. Reiter, F. Roufosse, P. F. Weller, A. Hellmann, G.Metzgeroth, K. M. Leiferman, M. Arock, K. Sotlar, J. H. Butterfield, S.Cerny-Reiterer, M. Mayerhofer, P. Vandenberghe, T. Haferlach, B. S.Bochner, J. Gotlib, H. P. Horny, H. U. Simon, dan A. D. Klion. 2012.Pathogenesis and classification of eosinophil disorders: a review of recent developments in the field. Expert Review of Hematology. 5(2):157–176.
Wang, C. H., S. C. Lee, S. S. Huang, dan L. C. Chang. 2011. Hookworm infection in a healthy adult that manifested as severe eosinphilia and diarrhea. Journal of Microbiology, Immunology and Infection. 44(6):484–487.
World Health Organization. 2018. Global Tuberculosis Report
Yuliana. 2018. Hubungan antara infeksi cacing usus dan tuberkulosis. Jurnal Kedokteran Meditek. 24(67):58–63